Sore rabu
tadi, tepatnya sekitar waktu ashar, seperti biasanya kami mengikuti mata kuliah
Ilmu Retorika yang dibimbing oleh Dosen kami yaitu Ibu Kalsum Minangsih, MA Hafidzahallah.
Kebetulan pada pertemuan itu ada dua kelompok pemakalah yang mana keduanya
mempersentasikan mengenai “Persiapan pidato dan teknik pidato”. Kami rasa kedua
materi ini adalah yang paling manfaat daripada materi-materi sebelumnya, ah
begitulah hemat kami.
Dalam pemaparannya,
para persentator sangat semangat dan cermat dalam menyampaikan materinya,
sehingga kamipun sangat menikmati pemaparannya. Setelah selesai pemaparan dari
kedua kelompok, tibalah sesi pertanyaan, seperti biasa dua pertanyaan bagi
tiap-tiap kelompok. Bermacam-macam pertanyaan pun dilontarkan oleh para audiens
kepada para pemakalah.
Dari semua
pertanyaan yang diajukan oleh para audiens, ada satu pertanyaan yang paling
menarik menurut kami. Pertanyaan tersebut datang dari teman kami sendiri yakni
seorang mahasiswi solehah, fatonah dan tentunya jamilah, hehe.
Secara sekilas,
pertanyaan itu terlihat lebay, namun ternyata pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan yang mendapat apresiasi dari Bu Kalsum selaku dosen pembimbing dan
juga menjadi persoalan yang ramai didiskusikan oleh kami dan teman-teman kami. Keren
kan?
Pertanyaannya adalah
“Bagaimana caranya menghilangkan kesedihan?” hehe…. Bisa kebayang kan agak
lebay pertanyaannya?
Awalnya, kami
dan teman kami menertawakan pertanyaannya. Yaaa maklum lah, seorang mar’ah
solihah fatonah dan jamilah dengan statusnya yang mahasiswi semester 3 yang
masih rentan dengan “kisah kasih” menanyakan hal seprti itu. Ah begitulah hemat
kami yang menyangka bahwasanya ksedeihan tersebut disebabkan oleh “Kisah kasih”
meski sesungguhnya bukan seperti itu. Tapi kami rasa temen-temen yang
menertawakan juga berfikiran sama seperti kami. Hehe
Dari pertanyaan
tersebut, kami mencoba untuk menjawabnya, berikut adalah jawaban dari kami:
“Memang, suatu
saat setiap orang pasti akan merasakan kesedihan, terlebih lagi remaja. Bahkan ada
yang mengatakan bahwa Remaja Itu Rawan Akan Depresi, terlebih lagi anak
kos-kosan, trus tanggal tua ditambah peralatan mandi sudah habis, cucian
numpuk, banyak tugas deadline, menjelang UTS, dan juga Malem minggu (hehe..
maklum jomblo), kebayang kan sedihnya??? (spontan temen-temen terbahak-bahak
mendengar jawaban kami, kami pun juga tak luput tertawa karena kami rasa itu
lucu juga, hehe). Bagaimana cara mengatasinya? (lanjut kami dengan mimik muka
serius), jawabannya adalah TERSENYUM. Alasannya kenapa? Jika temen-temen pernah
membaca buku La Tahzan karangan Dr. Aidh Al-Qarni , disana dikatakan
bahwa Tersenyum adalah salep bagi kesedihan dan balsem bagi kegalauan
(yomaaaaaaaaan).” Hehe…
Mendengar jawaban
dari kami, semua peserta diskusi termasuk dosen kami, semuanya tersenyum bahkan
ada yang tertawa ringan. Selain itu ada yang diam-diam mencatat perkataan Dr.
Aidh Al-Qarni yang kami sampaikan, dan setelah itu dia jadikan sebagai status
fb nya dan menandai fb kami sendiri. Hehe……
Lanjut
kami “Itu cara yang pertama, cara yang kedua, kesedihan itu tidak lepas dari
fikiran dan hati kita yang terjerat mumet dan enjelimet. Hehe.. bagaimana cara
mengatasinya? Yaitu dengan cara sholat dan memperlama tatkala sujud terakhir. Kenapa
seperti itu? jawabannya adalah karena ketika kita sujud, maka darah akan
mengalir kepada kepala kita dan jika kita melamakan sujud, maka darah yang
mengalir akan semakin banyak, setelah itu ketika mengangkat kepala yang terjadi
adalah plooooong, dunia serasa cerah kembali dan kita akan merasakan perubahan.
Begitulah yang dikatakan oleh buku yang sempat saya baca. Sekian dari saya,
terimakasih.”
Ah, betapa
bahagianya kami sore tadi… bisa menjawab pertanyaan dengan tenang dan lancar
dan bisa difahami oleh orang lain. Memang terlihat sederhana faktor yang
membuat kami bahagia ini, tapi ini merupakan keinginan kami, yakni bisa
berbicara bahasa Indonesia yang jelas dan dapat difahami, disamping itu juga
mengandung humor tanpa meniadakan hikmah dari perkataan kami tersebut.
Alhamdulillah
Semoga saja,
dengan proses kami belajar berbicara ini menjadi jembatan bagi kami untuk
menjadi pembicara yang baik dikemudian hari. Amin
Komentar
Posting Komentar