Tulisan ini
adalah curahan segunung kekecewaan yang sudah tak terbendung dan menjadi saksi
akan tercabik-cabiknya perasaan penulis.
Menyebalkan
memang, ketika suatu keinginan tak terkabul. Terlebih jika keinginan itu sudah
disiapkan di jauh jauh waktu untuk dilakasanakan.
Dua hari yang
lalu, penulis kembali mengobarkan api semangat untuk menulis, seperti
berkobarnya api unggun di kegiatan camping, atau seperti berkobarnya kaki sang black
leg Sanji ketika melakukan salah satu jurus andalannya yaitu Diable Jambe
atau berkobarnya api sang komandan komisi dua bajak laut Shirohige yakni Ace
sang Bajak Laut pemakan buah mera mera no mi yang tewas dipukul oleh Sakazuki
yang saat itu masih menjadi Admiral dan sekarang sudah menjadi Flat Admiral dan
sekarang buah mera mera no mi tersebut telah dimakan oleh saudara Ace sendiri
yaitu Sabo, seperti itulah membaranya api semangat penulis.
Namun,
semangat itu tak tertuangkan, karena ada hal yang lebih penting, sebut saja
saat itu penulis melakukan ta’dzimul ‘aalim (menghormati orang yang
berimu) dengan menolongnya, karena pada saat itu beliau meminta tolong untuk
suatu hal. Bagi penulis hal ini merupakan suatu kebiasaan yang sudah
diatanamkan sejak kecil oleh para gurunya.
Hari itu (dua
hari yang lalu) berlalu tanpa tulisan, hingga tiba hari selanjutnya (kemarin).
Hari itu semangat penulis tidak padam, malah semakin berkobar seperti halnya
kobaran jurus pertama yang dikeluarkan oleh Sang komandan divisi kedua pasukan
Revolusioner “Sabo” setelah memakan buah Mera mera no mi di Coloseum di pulau
Dressrosa. Penulis saat itu membuka notebook nya yang sudah menjadi komputer
(kalo dicabut casannya, komputernya langsung mati) dan membuka Microsoft word
plus aplikasi Winamp supaya bisa menulis sambil mendengarkan musik.
Ketika lagu
pertama yaitu lagunya Jessie J feat B.O.B yang berjudul Price Tag diputar, seorang
teman meminta tolong untuk diantar ke sebuah stasiun. Dengan senang hati
penulis mengantarnya. Setiba di kamar lagi, penulis buka kembali komputernya
dan memutarkan musiknya.
Namun, harapan
tak sesuai kenyataan. Ketika lagu pertama yaitu lagunya Jessie J feat B.O.B
yang berjudul Price Tag diputar kembali, tiba-tiba “rep”, komputer mati.
Ternyata colokan terminal tercabut.
Ooooooooooooow,
ingin teriak sekencang-kencangnya hingga berubah menjadi super saiya ke 3
seperti halnya Son Goku. Itulah yang dirasakan. Tapi, emosi hanya akan
memperburuk keadaan. Itulah yang diingat penulis.
Selepas itu,
sang pecoret memulai lagi membuka komputernya dan membuka word beserta winamp
nya. Tak lama kemudian, colokan terminal terusik kembali. Dan ooooooooow, seolah
ingin berubah menjadi “Bounce Man” milik Mugiwara no Luffy dan menghancurkan
semua yang ada disekitar dengan jurus Kingkong Gun nya. Namun lagi-lagi,
teringat bahwa emosi tak akan memperbaiki keadaan, malah memperburuk keadaan.
Penulis
beristirahat sejenak, menunggu sang pengusik colokan terminal selesai dengan
apa yang ia lakukan hingga penulis yakin tak akan terganggu lagi. Dan ternyata,
yang terjadi adalah “ketiduran”.
Singkat
cerita, tibalah waktu ashar, ketika penulis bermaksud untuk untuk membuka
komputer, penulis teringat akan janjinya untuk bertemu dengan teman lamanya.
Dan akhirnya, menulis hanyalah sebagai angan semata.
Waktu ashar
pun terlewati tanpa tulisan, juga waktu maghrib, dan waktu ba’da isya pun
demikian hingga keesokan harinya yaitu hari ini.
Namun, tulisan
ini bukanlah tulisan yang ingin ditulis oleh penulis kemarin dan kemarin lusa.
Tulisan ini hanyalah sebuah curahaan kekecewaan akan kejadian dua hari itu yang
tanpa tulisan.
Yeah, semoga
tulisan ini menjadi awal akan keterbiasaannya penulis untuk senantiasa menulis.
Komentar
Posting Komentar